#trik_pojok { position:fixed;_position:absolute;bottom:0px; right:0px; clip:inherit; _top:expression(document.documentElement.scrollTop+ document.documentElement.clientHeight-this.clientHeight); _left:expression(document.documentElement.scrollLeft+ document.documentElement.clientWidth - offsetWidth);

Senin, 29 November 2010

Sate madura


Sate Ayam adalah makanan khas Indonesia khususnya Pulau Madura. Sate Ayam dibuat dari daging Ayam. Pada umumnya sate ayam dimasak dengan cara dipanggang atau dibakar diatas bara arang. Dan disajikan selagi hangat dengan pilihan bumbu kacang atau bumbu kecap. Sate ini biasanya disajikan bersama dengan lontong atau nasi.
Bahan:
  • 250 g fillet ayam, potong dadu, tusuk dengan tusukan sate
  • 1 buah jeruk nipis, iris
  • 3 butir bawang merah, iris tipis
  • 5 sdm kecap manis
  • nasi putih atau lontong secukupnya

Kaldu kokot

Ada sebuah cerita yang lucu yang saya alami pada malam pertama tim kami menetap di Madura, tepatnya di Sumenep. Selepas beribadah maghrib di Masjid Jamik saya berjalan menuju Taman Adipura yang berada di seberangnya, mencari penduduk lokal yang kiranya bisa saya tanyai apa makanan khas dari Sumenep yang bisa kami coba sebagai pendatang.
Saya menghampiri seorang perempuan muda yang sedang berjualan es di depan Taman Adipura, karena ia menjual makanan tanpa pikir panjang saya berasumsi perempuan itu pasti paham perihal makanan lokal, dan dengan penuh keyakinan saya lalu bertanya.
Tapi apa yang saya anggap sebagai pertanyaan sederhana untuk tiap daerah itu ternyata tak sesederhana yang saya kira, perempuan muda itu justru menjawab tidak tahu. Seolah belum cukup melihat kebingungan saya ia malah balik bertanya dengan logat Maduranya yang kental, "Makanan khas itu kaya apa ya? Contohnya apa?". Ya Tuhan, tak ada pilihan lain bagi saya selain kehabisan kata.

museum sumenep


Museum di Sumenep dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertamanya adalah Museum I yang disebut Museum Kencana Kraton. Museum ini menyimpan dua buah kereta kencana raja dan barang antik koleksi kerajaan berupa kursi pertemuan dan tempat tidur raja. Dulunya bangunan ini digunakan sebagai garasi kereta Sultan Abdurrahman yang berkuasa pada tahun 1811-1854. Hebatnya salah satu kereta kencana merupakan hadiah dari Ratu Kerajaan Inggris sementara yang lain merupakan buatan lokal. Selain itu di dalam museum kencana ini disimpan juga ukiran yang melambangkan perdamaian dan kerjasama yang seimbang antara masyarakat Madura di Kraton Sumenep dengan pihak Eropa, Cina dan Arab.
Sedang bangunan Museum II dahulu merupakan kantor raja yang biasa disebut kantor 'Koneng'. Istilah nama 'Koneng' ini menurut cerita awalnya berasal dari kata 'koning' yang berarti raja, namun bergeser pengucapannya menjadi 'koneng' karena logat rakyat yang kental dengan logat Madura. Selain itu, kata 'koneng' ini juga ditujukan untuk menggambarkan dua hal, yang pertama adalah karena warna dinding kantor yang banyak menggunakan warna kuning, serta yang kedua kata 'koneng' untuk menggambarkan warna kulit keluarga kraton terutama putri-putri raja yang berwarna kuning langsat. Para putri raja ini oleh rakyat disebut dengan 'putri koneng', yang artinya 'putri raja' sekaligus juga berarti 'putri berwarna kulit kuning'. Bangunan yang didesain oleh arsitek dari Cina ini dibangun pada masa ketika Bindara Saod memerintah sebagai raja, tepatnya tahun 1762.

kerapan sapi


Diselingi Uldaul dan Tarian Tradisional

BLUTO-Karapan Sapi Radar Madura Cup 2010 berlangsung meriah. Menggandeng Paguyuban Karapan Sapi Sumenep (PKSS), acara yang dilangsungkan di lapangan karapan sapi Kecamatan Bluto itu diikuti 24 pasang sapi dari beberapa daerah di Madura.
Even kebanggaan masyarakat Madura itu dikunjungi para petinggi Jawa Pos. Seperti Direktur Radar Media Nusantara (Ramen) Jawa Pos Nany Wijaya dan Leak Kustiya selaku pemred (pimpinan redaksi) Jawa Pos. Termasuk sejumlah pimpinan anak perusahaannya yang tergabung dalam Jawa Pos News Network (JPNN). Mereka berada di Pulau Garam untuk mengikuti rapat akbar di salah satu hotel di Kec Kota Sumenep. Para tamu disambut langsung Cholili Ilyas. direktur Radar Madura (Jawa Pos Grup) dan pimpinan lainnya.
Seperti pantauan koran ini, selain pendukung fanatik dari masing-masing pasangan sapi, karapan sapi juga dijubeli para pengunjung lokal. Mereka rela berpanas-panasan bersama anggota keluarganya untuk bisa menyaksikan langsung jalannya karapan sapi di sepanjang pembatas lapangan.

Keraton Sumenep


pebdopo.jpg

Berdiri megah melintasi perubahan jaman. Guratan sejarah sebuah kejayaan yang tersisa di ujung Timur Pulau Garam.
 
Bak potret raksasa dalam sebuah bingkai histori. Bangunan megah berdiri dengan nuansa yang khas menyiratkan peninggalan masa silam. Berdiri di kawasan seluas 12 hektar, di tengahnya terdapat Pendopo Agung dengan ornamen khas berlatar bangunan tua yang tak kalah gagah memancarkan kharisma. Sebatang pohon Beringin besar berdiri di samping kirinya, menambah kokoh dan sakral nuansa yang terpancar dari warisan para raja yang dulu pernah berkuasa.
 
Walau kini Keraton Sumenep tidak lagi dihuni seorang raja beserta keluarga dan para abdinya. Namun bangunan yang berumur lebih dari 200 tahun itu tetap terjaga. Sumenep setelah berubah secara birokrasi dan mulai dipimpin oleh seorang bupati setelah masa raja Panembahan Notokusumo II (1854-1879) menganggap warisan sisa masa keemasan itu sebagai sebuah kekayaan sejarah yang tak ternilai harganya.


Bangunan-bangunan di kawasan keraton sudah tidak ditempati lagi. Kecuali pada bagian belakang, menghadap ke Utara, yang kemudian dibangun rumah dinas bupati, berlawanan dengan keraton. Sementara pendopo kini kerap difungsikan untuk acara rapat-rapat para aparat pemerintahan, hingga pagelaran seni dan budaya setempat.